|
Di "Lobang Neraka" Bukit Sentang: Tim Komnas HAM kembali menemukan 12 mayat korban pembantaian yang diduga dilakukan oleh oknum ABRI di kawasan "lubang neraka" Ujung Salam Desa Bukit Sentang, Lhoksukon, Aceh Utara Sabtu (22/8). Menurut Saksi mata, di antara lima dari delapan sumur maut itu diperkirakan masih ada ratusan kerangka manusia yang dikubur secara massal menggunakan alat berat. Prosesi penggalian lubang neraka yang memakan waktu sekitar enam jam itu, diawali dengan pembacaan doa oleh pemuka agama setempat. Setelah itu, sepuluh orang relawan mulai menggali dua titik lubang dengan menggunakan cangkul, sekup dan alat pertanian lainnya. Sekitar tiga jam mereka sudah menggali lubang satu meter lebih, pada dua titik lubang yang ditunjukkan oleh M. Yusuf Hasyim, 51, satu-satunya saksi mata yang sering melihat penguburan massal, itu nyaris tidak terlihat adanya bekas tempat penguburan. Bahkan, lubang pertama yang sempat digali sedalam satu meter terpaksa dihentikan karena salah tunjuk. Ribuan masyarakat yang menyaksikannya penggalian itu sempat merasa "gerah" karena terlalu lama menunggu. Begitupun, mereka tetap sabar karena didorong keinginan yang besar untuk melihat dengan mata kepala sendiri kawasan perbukitan yang kini lebih populer dengan nama lubang neraka. Dari pukul 08:30 masyarakat di sekitar desa itu sudah memadati jalan irigasi yang tujuh tahun dibangun oleh PT. Sakna. Kemudian, sekitar pukul 10:30 iring-iringan puluhan mobil (termasuk wartawan dalam dan luar negeri) yang menyertai rombongan tim Komnas HAM mulai memasuki kawasan perbukitan yang jarang dihuni oleh penduduk. Tim yang di "komandoi" Baharuddin Lopa, sekjen Komnas HAM, dibantu Mayjen (Purn) Kusparmono Ikhsan, Mayjen (Purn) Sugiri, SH dan M. Salim, SH ini mendapat sambutan hangat dari masyarakat desa Bukit Sentang. Anggota tim ini kelihatan energik meski telah menempuh perjalanan ratusan kilometer sejak dari Banda Aceh, Pidie sampai ke Utara Aceh untuk memperjuangkan hak-hak azasi masyarakat Aceh yang bertahun-tahun dikekang oleh satu kekuatan militer. Saat Mendebarkan
Memasuki sore hari sekitar pukul 15:45, ribuan masyarakat dan tim Komnas HAM memasuki saat-saat mendebarkan. Cuaca mendung yang menyelimuti desa Bukit Sentang masih tetap bertahan sejak pagi hingga sore hari. Sekitar pukul 16:00 terdengar teriakan dari relawan yang menggali lubang kedua sedalam 2,5 meter. "Tunggu! Jangan digali lagi. Ini sudah nampak tulang," teriak seorang relawan.
Secara spontanitas ribuan penduduk langsung menyerbu lubang kedua itu. Setelah digali beberapa senti meter, akhirnya tim menemukan tumpukan tulang-belulang terdiri dari lima tengkorak, 12 pasang tulang paha, lima buah celana panjang, empat celana dalam, enam ikat kepala, tujuh pengikat tangan dari tali plastik, empat kain penutup mata dan organ tubuh lainnya. Semua itu tertumpuk dalam satu lubang pada lapisan pertama.
Melihat kondisi itu, para korban sebelum meninggal telah mengalami penyiksaan menggunakan benda keras atau alat pemukul lainnya karena banyak batok kepala yang retak bahkan pecah menjadi dua. bagian. Yang lebih menyedihkan, menurut pengamatan Waspada, saat diangkat posisi kerangka korban tumpang tindih.
Penduduk yang melihat langsung menyimpulkan bahwa mereka dikubur sekaligus. "Ini perbuatan biadab," kata mereka. Malah seorang ibu langsung terisak begitu tumpukan kerangka manusia ditemukan oleh tim Komnas HAM. Rupanya, ibu itu sedang mencari suaminya yang hilang sekitar tahun 1991. Alat Berat Milik PT. Sakna Saksi mata M. Yusuf, penjaga alat berat milik PT.Sakna, mengatakan sekitar tahun 1991 sering melihat oknum ABRI mengangkut orang dengan menggunakan mobil jenis jeep menuju kawasan lubang neraka. Tidak lama kemudian, katanya, baru terdengar suara jeritan dan letusan senjata api. Sedangkan lubang untuk mengubur para korban, menurut Yusuf, sudah dibuat berbaris oleh seorang operator alat berat milik PT. Sakna, "Lubang nyan, yang peugot pak Hakim. Hangetem dipaksa," kata M. Yusuf dengan dialek Aceh yang kental. Artinya; Lubang ini yang buat Pak Hakim. Kalau tidak mau dipaksa. Berapa jumlah yang ditanam? Dengan santai tanpa mengenakan baju, petani berbadan legam ini tidak bisa memastikan secara benar jumlah korban yang umumnya dibawa dengan mobil. "Pada waktu itu saya hanya bisa melihat tapi tidak bisa menghitung," kata Yusuf. Satu malam ia melihat beberapa orang korban yang turun dari mobil tangannya diikat, mata ditutup, setelah itu dipukul lalu ditembak dan langsung dilemparkan ke dalam lubang ukuran 4x4 kedalaman dua meter yang sudah disiapkan. Pembantaian Sekjen Komnas HAM Baharuddin Lopa mengatakan dengan ditemukannya 12 kerangka manusia sebagai sampel di desa Bukit Sentang membuktikan bahwa di Aceh telah terjadi pembantaian karena mereka mati tidak wajar. "Marilah kita saling membantu dalam mengungkapkan masalah ini. Dan kepada semua masyarakat di Pidie maupun Aceh Utara, saya menyampaikan rasa terima kasih atas semua bantuannya kepada tim ini," kata Baharuddin Lopa. Sementara Ketua Presidium Forum LSM Aceh Abdul Gani Nurdin mengatakan apa yang didapatkan di Bukit Sentang telah dibuktikan secara adil. Katanya, selama tim Komnas HAM berada di Aceh sudah banyak menemukan bukti-bukti seperti kasus pembantaian, pemerkosaan, penculikan dan pembunuhan. "Untuk masa mendatang kita harap jangan terjadi lagi dengan catatan kita tidak menyimpan sifat balas dendam. Setiap kekerasan akan dibalas dengan kekerasan. Namun, bila kekerasan dibalas dengan kemulian maka hal itu akan lebih baik," kata Gani. Menurut jadwal, tim Komnas HAM Minggu (23/8) akan meneruskan perjalanan ke Kabupaten Aceh Timur. Di daerah ini, Komnas HAM akan melakukan wawancara dengan para korban dan keluarga serta saksi mata yang melihat adanya keburan massal.
|