Satu Tewas Dalam Kerusuhan Yang Mencekam Di Lhokseumawe

Lhokseumawe 02 September 1998.

Aksi kerusuhan yang meliputi pengrusakan dan pembakaran toko-toko serta mobil kemarin berlanjut di Lhokseumawe dan beberapa kota kecamatan lainnya di Aceh Utara, tanpa diketahui motivasi yang jelas. Dalam peristiwa yang melumpuhkan kegiatan perbankan serta aktivitas pasar, seorang remaja belia dilaporkan tewas tertembak di tengah kerumunan massa, sedangkan puluhan lainnya termasuk sejumlah petugas ikut menjadi korban luka yang harus diangkut ke rumah-rumah sakit atau Puskesmas.

Lokasi-lokasi yang kemarin menjadi sasaran amuk massa, terutama para remaja berseragam SMA adalah, pertokoan di Panton Labu, Geudong, Lhokseumawe, Gandapura, dan Bireuen. Massa belia berbaju putih bercelana abu-abu itu hampir di semua toko yang mereka rusaj atau mereka bakar, tampak tak termotivasi oleh keinginan menjarah. Karena tak jelasnya latar belakang dan tuntutan massa yang merusuh, tampak cukup menyulitkan aparat dalam upaya pengendalian. Apalagi, yang melakukan itu sebagian besar adalah belia-belia berseragam SMA yang datang menggunakan truk atau kendaraan-kendaraan lainnya.

Tim wartawan yang memantau kota-kota tempat terjadinya kerusuhan itu melaporkan, di Lhokseumawe sejak pagi suasana kota diberi predikat "Kota Petrodolar" tampak sangat mencekam. Hampir semua toko ditutup. Semua bank tak beroperasi. Yang terlihat hanya para petugas keamanan berjaga-jaga di depannya. Puncak dari suasana mencekam itu adalah terjadinya ledakan kerusuhan di persimpangan Jalan Sukaramai pada sekitar pukul 13.30 WIB. Dalam waktu hampir bersamaan dimulai pula kerusuhan di Pantonlabu, Geudong, kemudian Gandapura dan Bireuen.

Dalam kerusuhan di pusat Kota Lhokseumawe, massa selain melempar dan merusak bangunan pertokoan milik WNI turunan dan pribumi juga melakukan pembakaran barang-barang isi toko di atas badan Jalan Sukaramai. Sehingga suasana kota gas itu sepanjang hari kemarin sangat mencekam. Apalagi, di antara suasana itu terdengar desingan suara peluru, hiruk pikuk suara lalu-lalang armada dan helikopter militer yang membuat warga semakin panik. Aksi massa dan militer nyaris membuat ibukota Kabupaten Aceh Utara itu seperti daerah perang.

Kerusuhan hari kedua yang melanda Lhokseumawe, kemarin, meletus sekitar pukul 11.35 WIB. Massa yang sebagian besar anak-anak usia sekolah, tetapi tidak berseragam, memulai aksinya dari Jalan Gudang. Bangunan pertokoan yang sehari sebelumnya telah "luluh- lantak" kembali dijadikan sasaran pelemparan.

Bahkan, sebuah warung milik WNI turunan dirusak total dan minuman ringan yang ada di dalamnya digasak dan botolnya dijadikan sebagai alat untuk melempar bangunan pertokoan di depan warung itu. Di lokasi ini para perusuh melakukan kegiatannya secara leluasa. Hingga sepuluh menit kejadian tidak terlihat aparat keamanan di sana. Ketika muncul kemudian, aparat dari kesatuan Linud 100 Medan tidak melakukan upaya pencegahan pengrusakan kecuali menutup ruang gerak massa. Merasa ruang aksinya agak terhambat, sebagian massa di Jalan Gudang menyeberang ke Jalan Sukaramai yang hanya dibatasi sederet pertokoan.

Mereka kemudian melanjutkan aksinya ke Jalan Perniagaan. Di kedua lokasi ini massa seperti tak terkontrol. Mereka merusak bangunan pertokoan, mengobrak-abrik isinya, dan ada di antaranya yang melakukan penjarahan. Terutama ketika massa berhasil mendobrak pintu pengaman toko-toko pakaian. Aksi itu seakan mencapai titik didih ketika pada pukul 14.03 WIB, serombongan massa mengusung seorang remaja yang telah menjadi mayat akibat mengalami luka tembak di bagian belakang kepalanya.

Jenazah korban yang diidentifikasi sebagai Amiruddin (18), warga Pusong Lama Lhokseumawe, kemudian diletakkan di hadapan barikade aparat keamaman di pertigaan Jalan Merdeka-Perdagangan. Tubuh Amir kemudian diangkut dengan mobil ambulan bersama-sama sejumlah korban luka tembak dan tertimpuk batu lainnya ke RS Kesrem. Menurut keterangan, korban tertembak di salah satu gang kawasan terminal lama.

Peristiwa berdarah itu terjadi menyusul terdengarnya rentetan suara letusan senjata. Selain tewasnya Amiruddin, ada enam korban lainnya yang terpaksa dirawat di Rumkit Kesrem. Tiga di antaranya menurut sumber Serambi, hingga pukul 24.00 WIB tadi malam masih dalam keadaan kritis. Yakni, Jafaruddin, Khalid, dan seorang lainnya masih dicari identitas. Jafaruddin dikabarkan mengalami luka tembak di bagian dada dalam kerusuhan di wilayah Geudong. Sedangkan Khalid, tertembak di Lhokseumawe.

Penembakan terhadap perusuh itu memancing emosi massa. Perusuh yang marah nampak memburu dan melempari aparat keamanan yang bersenjata laras panjang dengan batu. Pengejaran itu berawal dari gang Restoran Bali. Kemudian serombongan massa tampak keluar dari permukiman penduduk di Kampung Kramat (sering disebut Kampung Cina) seraya terus melakukan pelemparan. Sambil berlari mundur, para anggota militer melepaskan tembakan ke arah massa. Namun, para demonstran tak bergeming. Desingan suara peluru yang dilepaskan petugas terdengar hingga radius 700 meter.

Sekitar pukul 15.20 WIB massa tampak berkumpul di Jalan Samudera (jalan tembus) Lhokseumawe. Sementara itu sebagian lainnya tetap beraksi di kota. Beberapa menit kemudian Bupati Aceh Utara Tarmizi Karim bersama unsur Muspida menemui para demonstran di jalan tembus itu. Namun, pada saat Tarmizi dan sejumlah ulama berbicara tiba-tiba ratusan demonstran dari arah kota bagaikan dikomando melakukan long march ke Rumkit Kesrem melalui Jalan Merdeka. Di hadapan rumah sakit itu massa kembali melancarkan aksi pelemparan.

Sejumlah ban bekas yang ada di tepi jalan dibakar sehingga api menjulang dan asap tebal mengepul ke udara. Dari rumah sakit massa kembali bergerak ke arah kota. Tepat pukul 17.25 WIB, massa yang sebelumnya berpencar di dua lokasi bergabung kembali dan memusatkan aksinya di Jalan Sukaramai. Seluruh bangunan pertokoan milik WNI secara marathon satu persatu dirusak dan barang-barang yang ada di dalamnya diangkut keluar dan dibakar di atas badan jalan. Api kembali marak dan asap tebal yang menjulang ke udara memancing masyarakat di berbagai kawasan Lhokseumawe keluar rumah sehingga Lhokseumawe menjadi lautan manusia. Di tengah suasana itu, tiba-tiba sekitar pukul 17.45 WIB sebuah helikopter militer melintas di atas kota.

Ketika heli yang ternyata ditumpangi Gubernur dan unsur Muspida Aceh mendarat di Lapangan Sudirman, massa berlari ke arah pendopo bupati. Paving block yang melapisi halaman pendopo dicabut massa untuk dijadikan alat pelemparan. Namun, tindakan itu tidak berlanjut karena aparat keamanan bertameng lengkap melakukan barikadesecara ketat. Namun, di luar dugaan massa melampiaskan amarahnya terhadap sebuah mobil Toyota Kijang warna hijau yang diparkir di depan pendopo.

Mobil BL 357 K, milik Kakansospol setempat itu digulingkan. Beriringan dengan mendaratnya heli berwarna loreng itu, aparat keamanan terlihat melakukan evakuasi besar-besaran terhadap puluhan WNI turunan. Mereka yang sebelumnya bertahan di pertokoan yang diamuk massa digiring ke Makorem 011/Lilawangsa melalui Jalan Gudang.

Kehadiran Gubernur di Lhokseumawe, kemarin, selain mengadakan pertemuan dengan ulama, pada kesempatan itu juga berdialog dengan empat utusan demonstran yang dipimpin Fakhrurrazi. Namun, ketika hasil pertemuan itu diumumkan kepada massa, para perusuh terlihat tidak mau menerima. Bahkan, massajuga mengatakan dalam peristiwa kemarin yangtewas bukan satu orang, tapi dua. Spekulasi ini muncul karena adanya ambulan yang mengakut tilam kosong yang dilipat mirip korban.

Gubernur hanya berksempatan berbicara beberapa menit menyangkut pengusutan kasus penembakan perusuh dan upaya penurunan harga Sembako. Massa pada saat itu minta pelaku kasus penembakan dituntaskan kemarin juga. Namun, Gubernur minta waktu. Begitu juga dengan Bupati Tarmizi dan Ketua DPRD Aceh, HT Djohan. Tapi, mereka tidak menggubris sehingga bupati kembali mengadakan pertemuan tertutup dengan empat wakil demonstran sekitar pukul 18.25 WIB. Namun, tetap tidak ada kata sepakat. Bahkan, massa mengancam akan membakar Lhokseumawe bila dalam tempo tiga hari pelaku penembakan tidak ditindak sesuai hukum berlaku.

Geudong

Sedangkan di Geudong, ribuan massa berbaur bersama anak-anak berseragam SMA sempat merusak sejumlah toko serta memusnahkan isinya. Huru-hara yang berlangsung sekitar lima jam itu tidak sampai memacetkan arus lalu-lintas meskipun ribuan massa tumpah ruah di tepi jalan nasional lintas Banda Aceh-Medan. Selain terjadi pengrusakan sejumlah toko dan melenyapkan isinya, peristiwa itu juga mencederai sejumlah massa serta dua petugas yang terkena lemparan. Korban-korban yang paling parah dilaporkan antara lain bernama Adami (24). Penduduk Desa Ranto Kecamatan Meurah Mulia yang hingga tadi malam masih dirawat di Rumah Sakit Korem Lhokseumawe ini, bagian mata kiri dan paha sebelah kanan terkena peluru. Selain itu, Syaiful (15) yang juga masih dirawat di RS tersebut, dikabarkan sakit parah di bagian dadanya.

Pantonlabu

Di "Kota Pisang Salee", Pantonlabu, massa dilaporkan lebih beringas. Kaum belia bersama massa lainnya bukan saja merusak serta melempari toko-toko, tapi juga membakar sejumlah kendaraan. Pihak kepolisan mengatakan, ada tiga unit sepedamotor dan satu mobil pribadi milik M Rasyid (Kepala SMU Baktiya). Mobil Toyota Kijang itu dibakar murid-muridnya di halaman sekolah.

Kerusuhan juga melanda Kota Bireuen, Matanggeulumpang Dua, dan Geurugok. Di Bireuen sejumlah pertokoan milik WNI turunan Tionghoa diobrak abrik, sampai barang dagangan mereka ikut dijarah. Setidaknya dukungan 600 pelajar SLTA dari luar kota Bireuen seperti Krueng Geukueh, dan Lhokseumawe melakukan aksi pendobrakan toko sekitar pukul 14.30 WIB, bertepatan keluarnya pelajar-pelajar Bireuen dari sekolahnya.

Aksi mereka berhasil dikendalikan sekitar pukul 17.30 WIB, setelah petugas keamanan menggiring pelajar itu ke halaman pendopo Pembantu Bupati Wilayah Bireuen. Setelah mendapatkan arahan dari petugas keamanan, mereka dikembalikan dengan menggunakan sejumlah bus. Di Kota Matanggeulumpang Dua, aksi kerusuhan terjadi sejak pukul 12.00 WIB sampai pukul 14.30 WIB.

Sasarannya, lima toko milik WNI turunan masing-masing Molek Salon, toko onderdil Garuda, Toko Elok, Toko Sejati, dan Toko Sederhana yang barangnya diobrak- abrik, sekaligus dijarah mayoritas pelajar Krueng Geukuh, dan Lhokseumawe. Begitu juga di Kota Geurugok, tiga toko milik MWI turunan juga dijarah dan diobrak abrik barang-barangnya.