Sjamaun Gaharu: Usut Tuntas Kerusuhan Di Aceh

(BRP) Aparat tidak perlu takut dan jangan diam. Usut tuntas dalang kerusuhan di Lhokseumawe, Aceh Utara dan Idi, Aceh Timur, agar kejadian serupa itu tidak terulang lagi di daerah "Serambi Mekkah", pinta Mayjen (Purn) Sjamaun Gaharu.

Mantan Pangdam-I/Iskandar Muda ini menegaskan pula bahwa kerusuhan yang terjadi di dua wilayah itu bukan disebabkan adanya satu gerakan atau spontanitas massa, melainkan memang digerakkan orang-orang yang menginginkan terjadinya kekacauan atau punya maksud tertentu di Aceh.

"Dengan timbulnyaf kekacauan atau kerusuhan seperti itu, maka mereka akan mendapat keuntungan bagi kepentingan pribadinya," kata Sjamaun Gaharu kepada Waspada yang khusus berkunjung ke rumahnya Senin (14/9) di kawasan Seutui, Banda Aceh.

"Untuk mendapat keuntungan itu orang-orang ini menciptakan suasana yang tidak aman dan tentram di Aceh. Mereka menginginkan masalah itu berjalan terus. Makanya itu harus dituntaskan agar tidak terjadi lagi," ujar Sjamaun yang tampak masih kuat di atas kursi rodanya.

Tuntas yang bagaimana diinginkan? "Selesai semua masalah, habis. Apakah itu berkaitan adanya perbuatan kriminal yang harus diusut dan ditindak atau ada perbuatan yang bisa dimaafkan, ya dimaafkan. Pokoknya masalahnya tidak terulang lagi," tekannya lagi.

Pada masa dia menjabat Pangdam, Sjamaun menjelaskan pendekatan yang dilakukan adalah memahami manusiawinya lewat penerapan pola ke Aceh-an. "Waktu itu istilahnya dengan prinsipil bijaksana. Pola ini sangat ampuh sehingga sampai kini semua masalah terkubur, tidak timbul lagi. Misalnya masalah DI/TII, sudah selesai kan," tanyanya.

Beda dengan sekarang, masalah sudah hilang timbul lagi, seperti munculnya gerakan yang dipimpin Hasan Tiro, belum selesai itu, muncul masalah lainnya, lanjutnya seraya menegaskan bahwa antara gerakan Hasan Tiro dengan DI/TII tidak ada hubungan sama sekali. "Daud Beureueh (pemimpin DI/TII) sendiri menyatakan tidak ikut gerakan Hasan Tiro."

"Dulu waktu saya menjadi Panglima, Daerah Militer itu istilahnya SOB, militer yang berkuasa. Lain situasinya dulu dengan sekarang. Dulu komandan militernya dalam menerapkan pola menurut kemauan rakyatnya sendiri, tapi sekarang saya lihat tidak demikian. Jadi di masa saya bisa dibilang tidak ada yang mati," paparnya mengisahkan masa dulu.