Temuan TPF Aceh Utara Selama DOM, 287 Tewas dan 328 Hilang

22 September 1998 19:49:00

Korban Tewas : 287 kasus; Korban Hilang : 328 kasus; Korban Siksaan : 600 kasus; Wanita Janda : 429 orang; Anak Yatim : 1412 orang; Rumah dibakar : 69 unit

(BRP) Tim Pencari Fakta (TPF) yang untuk kesekian harinya melakukan investigasi ke berbagai kecamatan di Aceh Utara, hingga Minggu (20/9) telah berhasil mendata 287 orang terbunuh serta 328 orang lainnya dinyatakan hilang hingga saat ini belum diketahui. Tim investigasi yang dikoordinir TS Sani di wilayah timur Aceh Utara, mencatat 116 orang tewas dan 212 hilang dengan jumlah janda 233 orang dan 770 anak yatim. Di wilayah barat, tim yang dikoordinir Muzakkir SH dan Yacob Hamzah SH, mendapat data sementara orang tewas (diketahui kuburnya) sebanyak 171 jiwa dan hilang atau diculik 116 orang. Sedangkan janda 196 orang dengan anak yatim 642 orang.

Korban jiwa dan harta, menurut kedua koordinator tim investigasi pencarian fakta itu, rata-rata terjadi berkisar antara 1989--1997, dan umumnya dilakukan oknum aparat di samping GPL Aceh yang dicatat 38 kasus. Selain korban tewas dan diculik juga terdapat korban perkosaan yang tercatat sebanyak tujuh korban berhasil diungkap. "Diduga korban perkosaan mencapai puluhan. Meski sudah diketahui identitasnya, korban tidak bersedia didata," kata M Yacob Hamzah SH.

TPF Pelanggaran HAM dan Pemulihan Tk II Aceh Utara itu juga mendata korban yang mengalami penyiksaan masing-masing wilayah timur sebanyak 266 orang, dan 10 di antaranya cacat seumur hidup. Sedangkan wilayah barat sebanyak 290 yang sebagian juga mengalami cacat fisik dan mental. Beberapa di antaranya yang cacat mental, di antaranya Fachrulrazi, warga Desa Ceurucuk Kecamatan Samalanga. Remaja yang sudah yatim sejak usia lima tahun itu, sempat menghilang selama sebulan ke hutan akibat ketakutan setelah aparat keamanan menyiksanya di Pos Siskamling desanya sekitar tahun 1991.

Korban dapat ditemukan kembali warga yang kemudian mengalami trauma dengan geger otak dan saat ini menjadi gila. Trauma yang sama dialami Ahmad Sulaiman, warga Batee Iliek. Laki-laki yang saat ini tampak lebih tua dari usianya 58 tahun itu sering hilang ingatan. Bahkan nama anaknya saja tidak dapat diingat lagi. Ahmad yang sebelum DOM hidup sederhana dan menjadi guru ngaji di kampungnya setelah dua putra tertuanya Zainuddin (anggota Polisi) dituduh GPL, kemudian adiknya Tarmizi yang juga anggota ABRI harus menjadi tumbal dipecat dari keanggotaan ABRI yang kemudian keduanya ditembak mati.

Bukan itu saja, Ahmad disiksa selama 28 hari setelah ditangkap di Bakongan Aceh Selatan, rumahnya pun dibakar habis dan anak perempuannya juga diperkosa aparat. Sementara, data anak yatim berjumlah 1412 orang, mencapai 80 persen mereka masih usia sekolah atau 5 sampai 10 tahun saat orang tua mereka dibunuh atau dijemput aparat keamanan. Anak-anak yatim tak berdosa itu di samping harus putus sekolah karena tidak ada biaya juga saat ini hidup dalam keprihatinan.

Tim yang menyisir desa-desa di Aceh Utara menemukan 69 unit rumah dibakar, beberapa unit lembaga pendidikan dan balai pengajian. Kendaraan yang diambil terdiri dari 4 unit mobil dan 26 unit sepeda motor. Kehilangan barang sebanyak 178 kasus dalam berbagai jenis, serta kerugian uang ratusan juta rupiah. Di samping ratusan ekor ternak lembu.