Kuburan Massal Berisi Delapan Mayat

23 September 1998
17:10:16

(BRP) Tim Pencari Fakta (TPF) pelanggaran HAM dan pemulihan daerah di Aceh Utara, hari ke 10 Minggu kemarin menemui data satu kuburan massal berisi delapan mayat.

Kuburan massal tersebut berlokasi di Desa Pasai Sentosa, SP IV Pirsus Translok PTP-V Krueng Pase, Kec Kuta Makmur (Buloh Elang Ara) pada Agustus 1991," kata Nurbaidah,26, istri salah satu korban kepada tim TPF B.1 di bawah Koordinator B.1-B.2 TS.Sani Minggu.

Para korban 'Kubu 8" (kuburan delapan) SP-IV PTP-V tersebut, masing-masing Ishak (suami Nurbaidah), A Bakar Beurengheng, Rusyidin Tp Mane Bireuen, A Bakar Jeunieb, Rusli Pantanlabu (anak muda bengal), Abdullah Sp Keramat, Dahlan Sp Keramat (adik kandung Abdullah) dan Abdullah Letief Alue Papeuen.

Menurut Nurbaidah, mereka diculik oknum ABRI sedang melaksanakan tugas jaga di Poskamling desa setempat, tanpa diketahui kesalahannya, ujar istri korban (Ishak) dalam keterangan lisan dan tertulis kepada tim yang dilegalisir kepala desa (Kades) setempat Asis Suhanda.

Para korban itu, kata Nurbaidah, ditembak, dibacok oknum aparat pada malam diculik dari Poskamling. Jasadnya dikebumikan keesokan harinya oleh warga, dengan dilakukan penjagaaan oleh pasukan ABRI. "Saya istrinya tidak dibenarkan melihat," kenang Nurbaidah dengan linangan air mata.

Dia mengaku baru melihat tulang belulang suaminya ketika bulan lalu datang orang bule (Barat) dari luar negeri menggalinya. "Kami para istri korban dilingkungan ini datang melihat, dari bekas pakaian, celana dan kotak rokok di antaraa kami dapat mengenal tulang suami kami masing-masing yang dibantai delapan tahun lalu," lanjut Nurbaidah.

Kecuali itu, kata Nurbaidah, rupanya kisah tragis yang menimpa kami tidak hanya itu, kami juga pernah diperkosa setelah suami kami dibunuh.

"Seperti saya diperkosa pada suatu malam oleh oknum ABRI digubuk Pak Usman, dekat lapangan SP-III Pirsus PTP-V Krueng Pase. Ketika ibu (tiga bulan setelah suami saya diculik dan dibunuh, saya sedang asyik menonton keyboard, sekonyong-konyong oknum itu menarik tangan saya dan membawanya ke tempat tadi," kata Nurbaidah.

Setiba di tempat tersebut dianya dipaksa untuk melayani oknum berseragam yang diduga sedang mabuk. "Saya menjerit minta tolong, tapi oknum itu mengancam akan menembak jika dia tidak saya layani, sehingga tidak ada jalan lain akhirnya saya pasrah," ujarnya. Akibat perlakuan itu, Nurbaidah mengaku sempat hamil, namun akhirnya gugur karena dia trauma terus menerus. "Sampai saat ini saya tidak lagi mempunyai keturunan dengan suami baru, mungkin disebabkan gangguan mental tersebut," katanya.